Total Tayangan Halaman

Senin, 28 Maret 2011

""Cinta dan Pernikahan Menurut PLATO""

Seorang akhwat pernah berkeluh kesah sama ana, akhwat lagi bimbang nentuin keputusannya buat nikah ma seorang ikhwan..., pi ana ga akan ungkap mengapa dan bagaimana bentuk kebimbangan itu,..
akhwat bertanya, bagaimana menghadapi kebimbangan itu,..?



note kali ini ana dedikasikan buat akhwat, moga ga bimbang lagi,.. dan bagi kita semua yang mungkin sedang dilanda kebimbangan yang sama dalam konteks cinta dan pernikahan....

ana kutip sebuah pengalaman dari seorang Plato dengan gurunya, mari kita liat...




Satu hari, Plato bertanya pada gurunya, "Apa itu cinta? Bagaimana saya bisa menemukannya?

Gurunya menjawab, "Ada ladang gandum yang luas didepan sana. Berjalanlah kamu dan tanpa boleh mundur kembali, kemudian ambillah satu saja ranting. Jika kamu menemukan ranting yang kamu anggap paling menakjubkan, artinya kamu telah menemukan cinta" Plato pun berjalan, dan tidak seberapa lama, dia kembali dengan tangan kosong, tanpa membawa apapun.

Gurunya bertanya, "Mengapa kamu tidak membawa satupun ranting?"

Plato menjawab, "Aku hanya boleh membawa satu saja, dan saat berjalan tidak boleh mundur kembali (berbalik)"

Sebenarnya dalam perjalanan aku telah menemukan ranting yang paling menakjubkan, tapi aku tak tahu apakah ada yang lebih menakjubkan lagi di depan sana, jadi tak kuambil ranting tersebut. Saat kumelanjutkan berjalan lebih jauh lagi, baru kusadari bahwa ternyata ranting-ranting yang kutemukan kemudian tak sebagus ranting yang tadi, jadi akhirnya aku tak ambil sebatangpun"

Gurunya kemudian menjawab " Jadi ya itulah yang dimaksud dengan Cinta"



Di hari yang lain, Plato bertanya lagi pada gurunya, "Apa itu pernikahan? Bagaimana saya bisa menemukannya?"

Gurunya pun menjawab "Ada hutan yang subur didepan sana. Berjalanlah tanpa boleh mundur kembali (menoleh) dan kamu hanya boleh menebang satu pohon saja. Dan tebanglah jika kamu menemukan pohon yang paling tinggi, karena artinya kamu telah menemukan apa itu perkawinan"

Plato pun berjalan, dan tidak seberapa lama, dia kembali dengan membawa pohon. Pohon tersebut bukanlah pohon yang segar / subur, dan tidak juga terlalu tinggi. Pohon itu biasa-biasa saja.

Gurunya bertanya, "Mengapa kamu memotong pohon yang seperti itu?"

Plato pun menjawab, "sebab berdasarkan pengalamanku sebelumnya, setelah menjelajah hampir setengah hutan, ternyata aku kembali dengan tangan kosong. Jadi dikesempatan ini, aku lihat pohon ini, dan kurasa tidaklah buruk-buruk amat, jadi kuputuskan untuk menebangnya dan membawanya kesini. Aku tidak mau menghilangkan kesempatan untuk mendapatkannya"

Gurunyapun kemudian menjawab, "Dan ya itulah pernikahan"



INTI PELAJARANNYA :

Bahwa Cinta kepada Lawan Jenis itu semakin dicari, maka semakin tidak ditemukan. Cinta adanya di dalam lubuk hati, ketika dapat menahan keinginan dan harapan yang lebih.

Ketika pengharapan dan keinginan yang berlebih akan cinta, maka yang didapat adalah kehampaan... tiada sesuatupun yang didapat, dan tidak dapat dimundurkan kembali. Waktu dan masa tidak dapat diputar mundur. Terimalah cinta apa adanya.



Perkawinan adalah kelanjutan dari Cinta. Adalah proses mendapatkan kesempatan, ketika kita mencari yang terbaik diantara pilihan yang ada, maka akan mengurangi kesempatan untuk mendapatkannya, Ketika kesempurnaan ingin kita dapatkan, maka sia-sialah waktu kitauntuk mendapatkan pernikahan itu, karena, sebenarnya kesempurnaan itu hampa adanya.





































Kenapa tak pernah kau tambatkan
perahumu di satu dermaga?
Padahal kulihat, bukan hanya satu
pelabuhan tenang yang mau menerima
kehadiran kapalmu!

Kalau dulu memang pernah ada
satu pelabuhan kecil, yang kemudian
harus kau lupakan,
mengapa tak kau cari pelabuhan lain,
yang akan memberikan rasa damai yang lebih?

Seandainya kau mau,
buka tirai di sanubarimu, dan kau akan tahu,
pelabuhan mana yang ingin kau singgahi untuk selamanya,
hingga pelabuhan itu jadi rumahmu,
rumah dan pelabuhan hatimu.

Hakikat Cinta

Cinta adalah bagian dari fitrah, orang yang kehilangan cinta dia tidak normal tetapi banyak juga orang yang menderita karena cinta. Bersyukurlah orang-orang yang diberi cinta dan bisa menyikapi rasa cinta dengan tepat.

Hikam: "Dijadikan indah pada pandangan manusia, kecintaan kepada apa-apa yang diinginkan yaitu wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup didunia dan disisi Allah tempat kembali yang baik." (Al-Qur`an: Al-Imron ayat 14)

Cintamu kepada sesuatu menjadikan kamu buta dan tuli (HR. Abu Dawud dan Ahmad)

Cinta memang sudah ada didalam diri kita, diantaranya terhadap lawan jenis. Tapi kalau tidak hati-hati cinta bisa menulikan dan membutakan kita.

Cinta yang paling tinggi adalah cinta karena Allah cirinya adalah orang yang tidak memaksakan kehendaknya. Tapi ada juga cinta yang menjadi cobaan buat kita yaitu cinta yang lebih cenderung kepada maksiat. Cinta yang semakin bergelora hawa nafsu, makin berkurang rasa malu. Dan, inilah yang paling berbahaya dari cinta yang tidak terkendali.

Islam tidak melarang atau mengekang manusia dari rasa cinta tapi mengarahkan cinta tetap pada rel yang menjaga martabat kehormatan, baik wanita maupun laki-laki. Kalau kita jatuh cinta harus hati-hati karena seperti minum air laut semakin diminum semakin haus. Cinta yang sejati adalah cinta yang setelah akad nikah, selebihnya adalah cobaan dan fitnah saja.

Cara untuk bisa mengendalikan rasa cinta adalah jaga pandangan, jangan berkhalwat berdua-duaan, jangan dekati zina dalam bentuk apapun dan jangan saling bersentuhan.

Bagi orang tua yang membolehkan anaknya berpacaran, harus siap-siap menanggung resiko. Marilah kita mengalihkan rasa cinta kita kepada Allah dengan memperbanyak sholawat, dzikir, istighfar dan sholat sehingga kita tidak diperdaya oleh nafsu, karena nafsu yang akan memperdayakan kita. Sepertinya cinta padahal nafsu belaka.








dikutip dari Rubrik "Telaga Rasul" KH. Abdullah Gymnastiar

Minggu, 27 Maret 2011

Akan Selalu Ada "JALAN KELUAR" Saudaraku

Perjalanan hidup manusia yang satu dengan yang lainnya tentu tidak sama, lika-liku hidup yang ditempuh juga berbeda-beda, ada kaya ada miskin, ada seneng ada susah, ada tangis dan ada tawa, ada canda dan ada rintihan, Subhanallah…


Dalam Note kali ini, akan kita tekankan tentang kepedihan hidup, kesedihan dan kemiskinan, karena kondisi inilah yang kerap membuat umat Islam yang lemah Imannya menjadi semakin labil dan terperosok dalam lembah kekufuran, Astagfirullah…


Ketika permasalahan hidup datang membelit kehidupan kita, kebingungan dan kegalauan akan mendera rasa hati. Ketika kegelisahan jiwa datang menghempas-hempas. Ketika semua pintu solusi sudah mulai terlihat buntu, kepalapun serasa hendak meledak bak bom molotop, tak mengerti lagi apa yang dapat dilakukan. Tak tahu lagi jalan mana yang harus ditempuh. Duniapun terasa begitu sempit, menyesakkan, dan tak lagi mau bersahabat dengan diri kita, kondisi seperti ini kalo orang Lombok bilang hidupnya sudah PAPE (bener-bener mati kutu dah)


Belum lagi ketika kepedihan mulai merujit-rujit hati, meruyak, menelusup ke dalam sanubari. Atas musibah-musibah yang beruntun mendera diri. Apalagi yang dapat dilakukan untuk dapat membantu meringankan beban perasaan? Apalagi yang dapat dikerjakan untuk dapat melepas kekecewaan?


Ketika kesalahan tak sengaja dilakukan. Ketika beban dosa terasa menghimpit badan. Ketika rasa bersalah mengalir ke seluruh pembuluh darah. Ketika penyesalan menenggelamkan diri dalam air mata kesedihan. Apa yang dapat dilakukan untuk dapat meringankan beban jiwa ini?

Sungguh…. kita semua pasti pernah merasakan kebuntuan hati seperti itu. Seolah semua jalan keluar sudah tertutup rapat. Maka saat itulah kita baru menyadari betapa lemahnya kita dan betapa besarnya kekuasaan Allah SWT. Allahu Akbar….


Saudaraku… Menyadari kelemahan bukan berarti pasrah sebelum ikhtiar. Bukan pula pembenaran atas segala kesalahan dan kecerobohan. Namun sebagai bentuk bersandarnya hati pada Dzat yang Maha Besar yaitu Allah SWT, manakala semua langkah ikhtiar untuk keluar dari permasalahan itu sudah dicoba.
Namun jangan pernah untuk menyerah dan berputus asa, Allah SWT Berfirman dalam Al-Qur’an, Surah At Tholaq 2-3.


وَمَن يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَل لَّهُ مَخْرَجًا {2} وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لا يَحْتَسِبُ وَمَن يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُ إِنَّ اللَّهَ بَالِغُ أَمْرِهِ قَدْ جَعَلَ اللَّهُ لِكُلِّ شَيْءٍ قَدْرًا


"Dan barang siapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar dan memberinya rizqi dari arah yang tiada disangka-sangka. Dan barang siapa yang bertawakkal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupinya. Sesungguhnya Allah (berkuasa untuk) melaksanakan urusan yang dikehendakai-Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap urusan." At Tholaq 2-3.

Saudaraku.... Marilah kita tapaki jalan takwa, niscaya akan datang pertolongan Allah. Dan segala kegelisahan pun akan segera sirna.

Wallahu a'lam bishawab….