Ridho Allah karena ridho orang tua, itu yang dikatakan para
ustadz, pengorbanan mereka begitu besar kepada anak-anaknya, lebih-lebih
pengorbanan seorang Ibu, dari sejak kita masih dalam kandungan sampai kita
dewasa.
Bahkan sebelum kita ada dalam kandungan, seorang Ibu tak
henti-hentinya berdo’a kepada Allah karena sangat menginginkan kehadiran kita.
Ketika kita berada dalam rahimnya, betapa cinta Ibu tidak
ada putus-putusnya mengalirkan kasih sayang yang tak bertepi.
Keikhlasan dan kesabaran selama 9 bulan bahkan lebih dalam
kepayahan mengandung kita, tidak pernah membuatnya mengeluh, hingga pantaslah
Allah mengganjarnya dengan pahala seorang prajurit yang berperang dijalan Allah
dalam keadaan berpuasa.
Kita mungkin dilahirkan dari rahim seorang perempuan biasa,
tapi tetaplah Ibunda kita adalah anugerah terindah dari Allah SWT.
Selaksa kasih sayang yang telah dicurahkan kepada kita tanpa
pamrih, adalah demi kebahagiaan kita, demi melihat senyuman tersungging dibibir
kita, bahkan seorang Ibu rela tidak makan demi melihat kita tertidur dengan
perut yang terisi makanan.
Bibirnya dengan fasih mendengarkan kita bacaan-bacaan Al-Qur’an,
mengajari arti kehidupan, merangkai do’a-do’a dan menceritakan kisah-kisah
teladan para Rasul.
Ketika mulai renta dimakan usia, dia tetap tampak bahagia
dan tegar, ikhlas memancar seaksa cinta penuh makna yang membias dari guratan
keriput di wajahnya. Tidak pernah berkurang sedikitpun kasih sayangnya sampai
mahkota putih yang disebut uban mulai menghiasi kepalanya. Kehangatan dekapannya
selalu memberikan rasa nyaman dan damai.
Adakah saat ini kita terenyuh mengenangnya??
Saat dewasa, kaki kita sudah kuat menjejak tanah, dan
tanganpun sudah kuat mengepal ke angkasa, cita-cita telah tergenggam di tangan,
popularitas, kemewahan telah didapat.
Masihkah kita selalu ingat padanya??
Haruskah kesombongan dan keangkuhan hingga kata-kata
menyakitkan begitu gampang terlontar dari mulut kita??
Wahai jiwa,.. sekiranya
engkau sadar, bahwa tanpa do’anya, niscaya semuanya masih diangan-angan belaka.
Astagfirullah... Ampuni diri ini yaa Allah..
Wahai Ibu...
Maafkan jika mata ini pernah sinis memandangmu...
Maafkan jika lidah ini sering mengeluarkan kata yang
menyakiti hatimu..dan membuatmu luka
Maafkan jika telinga ini tidak mau mendengar ucapanmu...
Maafkan jika kesibukanku menghalangi untaian do’a terhatur
untukmu...
Ampunilah anakmu ini, yang tak pernah bisa membuatmu
bahagia...
Duhai Ibu...
Kini engkau telah tiada,..
Hari ini, tepat satu tahun Engkau meninggalkan Kami
menghadap Allah.
Tanpa pesan, engkau pergi meninggalkan kami.
Karena Izrail telah lebih dulu menjemputmu...
Namun yakinlah Ibu...
Teladanmu, Ajaranmu, Kenanganmu.... akan selalu kuingat.
Keindahan dunia takkan tergantikan oleh keindahanmu..
Sorak sorai pesona duniapun tak dapat menggantikan gemuruh
haru detak jantungmu saat engkau memelukku.. indah, begitu indah dalam alunan
cintamu, menelisik lembut membasahi lorong hati dan jiwa yang rindu kasih
sayangmu..
Wahai Ibu...
Bukalah pintu ridhomu, hingga Allah pun meridhoiku...
Semoga Allah mengampuni segala dosa-dosamu dan menerima amal
kebajikanmu, memberikan tempat yang layak untukmu yaitu syurga Firdaus. Dan mempertemukan
kita kembali dalam kebahagiaan yang abadi.
(ditulis dalam rangka memperingati Haul Satu Tahun
meninggalnya Almarhumah Ibu Hj. SITI HAFIZAH tercinta).